Kamis, 19 Juni 2014

Emas Papua Penyumbang Terbesar Freeport



Setelah 45 tahun mengeruk kekayaan bumi Papua, sudah semestinya Freeport McMoran tunduk kepada hukum Indonesia. Maka, Direktur Resources Studies Marwan Batubara mendesak pemerintah agar lebih serius menuntut PT Freeport McMoran melakukan divestasi saham, sesuai UU No. 4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.

Ternyata pula deposit emas, perak dan tembaga di Papua cukup melimpah. Cadangan emasnya saja diperkirakan mencapai mencapai 32,2 juta ons atau sekitar 961,046 kilogram. Tentu itu jumlah yang sangat besar. Apa lagi bila dibandingkan dengan cadangan emas milik Freeport di Amerika Selatan dan Afrika. Demikian pula tembaga, setidaknya Papua menghasilkan 31,6 juta pon atau sekitar 54,3 miliar kilogram, atau ketiga terbesar setelah Amerika Selatan dan Amerika Utara.

Emas Indonesia merupakan penyumbang terbesar untuk Freeport McMoran.  Perusahaan yang beroperasi dengan alih-alih tembaga ini mendapat 91% hingga 96% produksi emas mereka dari Indonesia. Padahal dalam laporan “produce copper concentrate, which contains significant quantities of by product gold and silver”. Padahal secara definisi, by product adalah produk sampingan. Emas dan Perak itu seharusnya tidak diklasifikasikan sebagai by product mengingat jumlahnya yang sifnifikan.

Bila dihitung, cadangan tembaga Papua akan habis tahun 2035 dan emas pada tahun 2025.  Mengingat cadangan emas kontrak Freeport akan berakhir pada 2021 dengan opsi perpanjangan 2 kali dan masing-masing 10 tahun, maka Indonesia tidak akan mendapatkan sisa tembaga dan emas apabila kontrak tersebut diperpanjang sampai 2041. Artinya apa, begitu kontrak selesai di tahun 2041 cadangan emas Freeport di Papua sudah ludes. Lagi-lagi Indonesia bakalan gigit jari.

Manipulasi
Freeport Indonesia pernah merilis data per akhir 2009, sebagai perusahaan penyumbang pendapatan terbesar.  Bagi induk perusahaan Freeport McMoran yang berpusat di Phoenix, Arizona, Freeport Indonesia membukukan pendapatan 5,9 miliar dolar AS, jauh melampaui perusahaan Freeport yang beroperasi di Amerika Utara dengan pendapatan 4,8 miliar dolar AS.

Bahkan, Freeport Indonesia juga mengungguli perusahaan dalam kelompok Freeport yang beroperasi di Amerika Selatan dan Eropa. Di Amerika Selatan, kontribusi pendapatan perusahaan Freeport di sana sebesar 3,8 miliar dolar AS, sedangkan Eropa hanya 1,89 miliar dolar AS. Jadi, secara total, pendapatan Freeport McMoran dari perusahaan-perusahaan yang beroperasi di sejumlah negara tersebut selama 2009 mencapai 15,04 miliard dolar AS.

Berdasarkan Laporan Keuangan 2011, Freeport McMoran melaporkan jumlah cadangan tembaga yang dihasilkan secara keseluruhan di dunia mencapai 119,7 miliar poun atau sekitar 54,3 miliar kg dan cadangan emas sebesar 33,9 juta ons atau sekitar  961.046 kg. Dari cadangan tersebut tersebut, tanah Papua menyumbang 26,7% cadangan tembaga dan 94,99% cadangan emas untuk Freeport.

Dari segi produksi dan penjualan tembaga, tahun 2007 hingga 2011 Indonesia memberi andil ketiga dari empat lokasi produksi Freeport McMoran.  Kendati dalam catatan data menunjukkan penurunan produksi dan penjualan, hal ini menjadi wajar sebab tambang di Papua sudah dikeruk selama lebih dari 44 tahun oleh perusahaan raksasa asal Amerika Serikat tersebut.

  
Dari laporan tahunan Freeport McMoran, tercatat perusahaan tersebut telah membayarkan royalti sebesar 780 juta dolar AS selama 6 tahun.  Nilai tersebut jauh lebih kecil jika dihitung dari total penjualan dan laba kotor yang dihasilkan dari tiga jenis barang tambang yang diangkut dari Indonesia, yakni tembaga, emas dan perak yang tercatat masing-masing 34.155 juta dolar AS dan 21.232 juta dolar AS. 

Data di atas sulit dipungkiri, bumi Papua merupakan tulang-punggung utama bagi pertumbuhan aset Freeport yang berdasarkan pemberitaan majalah Forbes, menempati ranking ke 140 perusahaan terkaya di dunia. Maka benar kata Marwan Batubara, Indonesia harus lebih tegas kepada perusahaan-perusahaan asing di Indonesia untuk melaksanakan kewajiban divestasi sesuai hukum di Indonesia.


Tulisan: Feri Sanjaya (merdekainfo.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar