Keluar dari Skema Utang dan IMF
SKEMA
REFORMASI KEUANGAN DUNIA
Globalisasi Penting, tapi lebih utama Pasar
Nasional
Keberhasilan
kapitalisme gaya Cina berbasis ideologi komunis dan menjadi referensi
pembangunan ekonomi dunia, sosial kapitalisme ala Jerman/Rhein dijadikan model
di Eropa. Jerman dan Perancis bangkit jadi raksasa mengungguli Inggris saat
ini. Pada umumnya korporatif kapitalisme yang dianut AS, Inggris dan
sekutunya bergantung pada korporasi (Multinational Corporations - MNC) dan
melahirkan oligopoli dan kartel. Terbukti, tidak efisien dalam hal kebijakan
sosial, kacau balau dalam kebijakan lingkungan dan ignorent terhadap
pendidikan dan rentan dengan gejolak moneter dunia.
Keberhasilan
Cina sebagai lokomotif pertumbuhan harus diantisipasi, keberadaanya di BRICS
menjadi pengimbang AS di Asia Pasifik. Kemajuan Jerman dan Perancis pengimbang
Inggris di Eropa. Filosofi follow the money bagi dari sistem neolib,
kekuatan (karena menguasai aset) kelemahan karena dia bisa dalam waktu singkat
pergi jika dinilai tidak kondusif secara kalkulasi ekonomi (follow the money).
Dominasi Jerman agar mata uang Euro jadi mata uang utama di Eropa tidak lagi
murni dalam konteks ekonomi global karena ada unsur proteksi tapi untuk
ketahanan ekonomi khususnya dalam mata uang, itu sah saja secara kenegaraan dan
proteksi regional.
Stabilitas
ekonomi dunia yang dibebankan pada IMF terbukti gagal, karena salah satu
fungsinya melindungi suatu negara dari spekulasi hedge funds justru yang
terjadi sebaliknya termasuk Indonesia di tahun 1997. Justru RI terjebak dengan bailout
(BLBI) yang diikuti aturan main yang menekan kebijakan APBN Indonesia
berpaham neolib dan merugikan negara dan rakyat Indonesia.
Begitu
juga dengan visi proteksi – pro pasar bersyarat:
1. Investasi asing oke, tapi diikuti pertumbuhan
dengan pendanaan dalam negeri dengan pajak progresif dan optimalisasi pajak.
2. Ekspor penting berbasis produk nasional dengan
mengutamakan pasar dalam negeri yang captive.
3. Partisipasi masyarakat menjadi indikator utama
mashab pertumbuhan dengan parameter keberhasilan ketersediaan lapangan kerja,
misalnya dalam pertanian dan kelautan (UKM).
4. Pembangunan
pro pasar dengan syarat integrasi pasar regional yang dilindungi (komoditi
unggulan Indonesia) sehingga pertumbuhan justru meningkatkan sektor UKM dengan
bersatu bersama swasta besar dan BUMN dalam wadah Indonesian Incorporated.
Stabilisasi, liberalisasi dan privatisasi yang jadi
resep utama IMF dan WB gagal mengentaskan negara binaannya. Faktanya, kendali
asing yang dominan menguasai aset, tidak adanya alih teknologi, kapasitas SDM
yang lemah dan aturan main melalui hukum yang mengikat dan mendikte negara
binaan jelas sudah harus diakhiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar